Minggu, 30 Maret 2014

FISIOLOGI HAID


Fisiologi Haid pada Wanita
31st March 2014
#Nadya Fitriana, email: belangmono@gmail.com
 

Ada 4 kompartemen pada fisiologi haid, yaitu endometrium, ovarium, hipofisis, dan hipotalamus. Hormone wanita terdiri dari hormone estrogen, progesterone dan GnRH yang terdiri dari FSH dan LH. Hipotalamus berada diotak kecil tepatnya dibawah thalamus. Hipotalamus merupakan suatu kelenjar yang berfungsi menghasilkan gonadotropin realizing hormone yang akan mempengaruhi hipofisis dengan melepaskan hormone menuju hipofisis. Hipotalamus terletak di ciasma optica, yaitu persilangan nervus opticus, dan dibelakangnya ada sela tursica yang merupakan tempat hipofisis atau pituitary. Hipofisis ini berbentuk seperti buah almon, yang terdiri dari 2 lobus, yaitu lobus anterior dan posterior. Lobus anterior hipofisis menghasilkan FSH dan LH, sedangkan lobus posterior hipofisis menghasilkan ADH, oksitosin dan prolaktin.
Saat wanita mengalami haid, akan terjadi pelepasan membrane basalis pada endometrium sehingga tebal endometrium ≤ 3 mm, yaitu disaat level hormone estrogen dan progesterone turun. Karena itu, akan memberikan efek umpan balik melalui neurotransmitter ke hipotalamus, sehingga GnRH yang dihasilkan hipotalamus mempengaruhi hipofisis untuk memproduksi FSH. GnRH di hipotalamus dengan sekresi yang pulsasi, ada critical rangenya. Maksudnya, GnRH hanya dihasilkan sebentar, terutama saat tidur. Jika seorang wanita sering tidur diatas jam 12 malam, maka akan sering mengalami gangguan haid. Jadi, saat kita tidur, akan dihasilkan GnRH dengan sekresi yang pulsasi seperti menyemprot tiap beberapa menit. Setelah itu akan masuk ke hipofisis melalui aliran darah sehingga terpengaruhlah hipofisis, yang dinamai dengan ‘short feedback’.

FSH, dihasilkan oleh hipofisis anterior, merupakan hormone gonadotropin yang akan mempengaruhi gonad wanita yaitu ovarium (kompartemen ke II). Sebenarnya, di ovarium, terjadi 2 hal, yaitu folikulogenesis dan steroidogenesis yang terjadi secara bersamaan. Di dalam folikel terdapat 2 sel, yaitu sel granulose dan sel THECA interna dan eksterna. Jika sel granulose berkembang, akan membentuk dan menghasilkan hormone estrogen yang bersumber dari androgen yang ada di sel THECA. Prosesnya yaitu, sel androgen yang ada pada sel THECA yang awalnya berasal dari kolesterol, akan diaromatisasi oleh enzim sitokrom P450 yang dimiliki sel granulose. Setelah diaromatisasi, jadilah hormone estrogen atau estradiol. Inilah yang dimaksud dengan proses steroidogenesis. Dengan dihasilkannya estrogen, akan mempengaruhi proliferasi dari endometrium.

FSH bekerja dengan menstimulasi pembentukan folikel di ovarium (folikulogenesis), yang dimulai dari foliker primer. folikel primer berasal dari folikel primordial. Folikel primordial ini bersifat independent dan tidak dipengaruhi oleh gonadotropin. Folikel primordial yang akan menjadi folikel primer, merupakan cadangan folikel yang ada pada ovarium. Semakin banyak cadangan folikel pada wanita, maka akan semakin lama dan panjang wanita tsb mengalami menopause. Proses folikel primordial menjadi folikel primer dikarenakan adanya aktivin dan inhibin. Folikel primordial ini merupakan hasil dari perekrutan 3 bulan yang lalu atau 90 hari yang lalu. Jika 3 bulan yang lalu seorang wanita mengalami stress berat, maka kemungkinan di bulan ini wanita tsb tidak mendapat haid. Masa folikulogenesis ialah 14 hari, bisa memanjang  dan bisa memendek. Hal ini akan mempengaruhi siklus haid. Jika masa folikulogenesis memendek, maka siklus haid akan cepat.
Siklus menstruasi dimulai di hari pertama haid, yaitu dimana hormone progesterone dan estrogen levelnya tiba-tiba turun karena tidak adanya kehamilan. diantara hari pertama sampai hari keempat, folikel primordial sudah standby akan menjadi folikel primer. lalu dihari keempat, folikel primer ini akan mulai tumbuh. Dari sekian banyak folikel primer, ada yang namanya ‘cohort of follicles’, yaitu kelompok folikel yang akan ditumbuhkan. Kemungkinan hanya 1 atau 2 yang akan menjadi folikel dominan, dan sisanya akan mengalami atresia.

Sel folikel semakin lama akan semakin matang dan berproliferasi. Semakin matang folikel, maka akan sebanyak reseptor FSH-nya. Akibatnya FSH akan semakin mudah menstimulasi folikel untuk tumbuh besar hingga menjadi ukuran folikel sebesar 1,8 cm. Jika pertumbuhannya sudah mencapai 1,8 cm maka folikel ini disebut dengan folikel dominan. Folikel dominan ini nantinya akan menjadi folikel matang atau folikel de graff.
Begitu juga dengan estradiol yang dihasilkan oleh sel granulose (bagian dari sel folikel). Estradiol yang dihasilkan akan semakin meningkat di dalam darah. Dengan semakin meningkatnya kadar estradiol ini, berangsur-angsur terjadi pemulihan endometrium. Oleh karena vasokonstriksi saat akhir menstruasi, maka endometrium akan mulai pulih dengan ditandai kelenjarnya bertambah panjang, epitelnya bertambah tebal, dan pembuluh darahnya menjadi ‘coiling’ (art radialis à art spiralis). Arteri spiralis inilah yang akan memperdarahi endometrium sehingga bisa mempersiapkan diri menghadapi implantasi. Ketika estrogen/estradiol mencapai puncaknya yang maksimum (kadarnya yang tertinggi), akan memacu terbentuknya reseptor LH, yaitu akan menimbulkan respon umpan balik (+) ke hipotalamus dan hipofisis yang akan menghasilkan LH untuk menimbulkan ovulasi.
Folikel dominan belum tentu dapat menjadi folikel matang. Jika ada kegagalan saat lonjakan LH, maka akan terjadi kegagalan ovulasi (anovulasi). Untuk itu, seorang wanita harus berhati-hati. Jika siklus haidnya 28 hari, maka pada hari ke 12 atau 13 tidak boleh stress, jika terjadi stress, maka akan menyebabkan kegagalan ovulasi. LH hanya dihasilkan pada malam hari dan hanya sekitar dua jam. Jika waktu 2 jam ini terganggu, maka LH tidak bisa disekresikan kedalam darah. LH hanya bertahan didalam darah selama 12 jam, setelah itu akan menurun dan menghilang dari tubuh.

Berikut merupakan fungsi LH adalah : (1) akan menimbulkan ovulasi, (2) menghentikan oosit maturasing inhibitor (OMI) dalam stadium meiosis I. Jika LH tinggi kadarnya, maka OMI akan hancur. Akibatnya, oosit meiosis I akan masuk ke meiosis II. Meiosis II inilah yang akan siap di fertilisasi. Jika OMI tidak dihancurkan dikarenakan LH tidak ada, akibatnya ovulasi tidak akan terjadi (anovulasi) sehingga meiosis II pun tidak akan terjadi.
Jika ovulasi terjadi oleh adanya LH, maka akan terbentuklah corpus luteum yang berwarna kuning. Hal ini disebut dengan proses luteinisasi. Pada corpus luteum ini, ada sel granulose (bagian dari sel folikel) yang menghasilkan progesterone. Dengan dihasilkannya progesterone, juga akan mempengaruhi proliferasi endometrium, yaitu kelenjarnya semakin berkelok-kelok dan epitelnya semakin tebal, yaitu > 5 mm. Pada saat setelah ovulasi ini kadar estrogen tetap ada, namun kadar estrogen lebih rendah dibandingkan kadar progesterone (progesterone dominan). Kedua hormone ini akan sama-sama mengalami kenaikan, namun kadar progesterone kadarnya akan lebih tinggi dibandingkan dengan kadar estrogen. Jika ovulasi tidak terjadi, maka tidak akan terjadi proses luteinisasi (pembentukan corpus luteum) sehingga progesterone pun juga tidak akan dihasilkan.
Perlu diketahui, fase folikulogenesis pada seorang wanita bisa memanjang, bisa memendek, bisa 15 hari, 17 hari, 21 hari dsb. Sedangkan fase luteal cenderung sama (12-14 hari). Akan tetapi, ternyata wanita dengan siklus haid > 35 hari cenderung tidak terjadi ovulasi. Karena jika folikel itu lama matangnya, maka lama-kelamaan akan rusak dan oositnya juga rusak.
Jika terjadi kehamilan, maka progesterone tidak akan perneh turun. Sesuai dengan namanya, progestasi = mempertahankan kehamilan. Setelah proses ovulasi terjadi, jika endometrium yang dipersiapkan dibuahi (fertilisasi), yaitu oosit pada meiosis II akan berubah menjadi 2 sel, 4 sel, 8 sel, 16 sel dan 32 sel lalu akan masuk stadium blastokist yang akan mengalami proses hatching, yaitu keluar dari selubungnya dan akan mengalami implantasi. Proses ini terjadi setelah 72-96 jam terjadinya fertilisasi. Yang dikatakan optimal mengalami implantasi, jika tebal endometrium > 7 mm. Biasanya, tebal endometrium ini diketahui dari USG transvaginal.

Pada saat tidak terjadi implantasi, maka progesterone dan estradiol akan turun tiba-tiba dan terjadilah proses deskuamasi. Progesterone akan mempengaruhi pembentukan prostaglandin, metal metalo proteinase, endotelin, PGF2α, dll. Jika tidak terjadi implantasi, maka korpus luteum akan mengalami degenerasi menjadi corpus albicans, akibatnya progesterone dan estrogen turun, sehingga prostaglandin, dkk akan menimbulkan terjadinya deskuamasi dan perdarahan (menstruasi).
Sering terjadi perdarahan secara berlebihan pada sebagian wanita di saat menstruasi. Hal ini dikarenakan kolaps jaringan tidak terjadi secara serentak, perdarahan hanya sedikit-sedikit terjadi sehingga pada satu bulan berikutnya akan bertumpuk lagi, lama-kelamaan akan menjadi rapuh, dan pada suatu saat akan menyebabkan perdarahan haid yang panjang. Untuk menghentikannya, maka kolaps jaringan harus terjadi secara serentak. Jadi, endometrium harus keluar semuanya, barulah bisa terjadi vasokonstriksi. Pada membrane basalis, pembuluh darah yang terbuka akan menjadi vasokonstriksi oleh pengaruh prostaglandin, PGF2α. Jika factor pelepasan dan penghentian seimbang, maka menstruasi akan terjadi dan berhenti secara normal.
Trombosit tidak dikeluarkan saat menstruasi berlangsung. Itulah sebabnya darah haid yang dikeluarkan pada umumnya encer. Gumpalan didalam darah merupakan mikrofibrin (fibrin yang belum matang). Jika terjadi gangguan pembekuan darah (factor X dan XII tidak ada), seperti pada penyakit ‘von willebrand disease’ atau pada penyakit koagulopati, dimana bisa terjadi perdarahan uterus abnormal yang iatrogenic. Namun, penyakit ini dapat diobati dengan terapi hormonal, yaitu dengan pemberian estrogen dan progesterone sintetik (etinil estradiol dan progestin progesterone).

Setelah darah haid berhenti, yang harusnya berhenti secara serentak. Jika ada flek dalam jangka panjang, maka ada gangguan. Mungkin saja ada yang salah dari factor vasokonstriksi. biasanya hal ini terjadi pada endometriosis. Hal ini juga merupakan penyebab perdarahan uterus abnormal. Normal, pada wanita, interval menstruasi berkisar antara 24-35 hari. Jika seorang wanita tidak mengalami haid > 35 hari, maka disebut oligomenore. Sebaliknya, jika siklus haid seorang wanita < 24 hari, maka disebut polimenore.
Beberapa kelainan lainnya, yaitu (1) menoragia adalah haid yang panjang dan banyak, tidak normal (N= 2-8 hari), yaitu durasinya meningkat dan volumnya meningkat hingga lebih dari 80cc/hr. Menoragia disebut sebagai ‘heavy menstrual bleeding’ atau disebut juga perdarahan haid yang banyak. (2) metroragia adalah perdarahan diluar waktu menstruasi yang normal. Metroragia disebut sebagai ‘inter-menstrual bleeding’ yaitu perdarahan antara waktu haid yang kemarin dan haid sekarang. (3) withdrawal bleeding, yaitu terjadi ketika seorang wanita minum pil KB, yang isi hormone 21 hari dan placebo 7 hari. Yang menyebabkan menjadi withdrawal bleeding ketika minum yang placebo 7 hari, sehingga hormone akan menjadi turun dan terjadilah menstruasi. (4) breakthrough bleeding, yaitu jika seorang wanita akan menginduksi menstruasi. Misal, pada seorang wanita yang sudah lama tidak haid (3 bulan tidak haid), lalu diberi tablet progestin sehingga mengalami haid. Contoh lain pada seorang wanita post op pengangkatan kista. Jika hormone tsb tiba-tiba dihentikan, maka tiba-tiba akan lepas dan terjadilah haid.

Keluarnya darah haid tergantung tebal tipisnya endometrium. Pada wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal dalam jangka panjang, karena adanya efek supresi ovulasi yang lama, folikulogenesis tidak akan terjadi dan endometrium pun akan menjadi lebih tipis, oleh karena itu, kebanyakan haid yang dialami hanya berupa bercak-bercak saja. Misalnya pada wanita yang mengggunakan KB, mereka akan terlihat lebih gemuk dan datang haidnya lebih sering terlambat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar